aku ini rindu.
lagi-lagi semua tentangnya menyeruak ke seluruh penjuru ruangan; tangan yang membelai rambut dan pipiku lembut, kedua manik cemerlang berisikan jutaan konstelasi bintang yang membentuk bulan sabit, juga kata-kata sederhana yang ingin kudengar darinya sebelum hari yang sedang berjalan akan segera pamit.
aku ini putus asa.
derasnya bunyi hujan di luar sepertinya tidak bisa mengalahkan kehampaan yang menjalar dan menulikan kamarku saat ini. hembusan angin dengan jahatnya mencoba menusuk tubuhku hingga ke tulang. dadaku terasa sesak; ingin memberontak. netraku memerah, nafasku tercekat.
aku harus apa?
dan lagi, aku menyalahkan semesta yang kuanggap terlalu jahat padaku; menjadikan hujan sebagai perantara untuk memutar ulang potongan euforia yang memilukan di saat aku bersusah payah mencoba untuk berhenti memikirkan angan-angan yang ingin aku wujudkan bersamanya, menyadarkan diriku bahwa semua itu semu, dan sudah berakhir sia-sia.
namun,
aku bisa apa?